
Cancel Culture di Kalangan TikTokers: Dampak dan Fenomena yang Semakin Populer
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena cancel culture telah menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial, termasuk TikTok. Cancel culture merujuk pada tindakan publik untuk “membatalkan” atau menghindari individu, grup, atau merek yang dianggap telah melakukan sesuatu yang kontroversial atau tidak etis. Di TikTok, yang dikenal dengan dinamika cepat dan viral, cancel culture sering kali mencuat dengan intensitas yang luar biasa. Artikel ini akan membahas fenomena cancel culture TikTokers, dampaknya terhadap mereka, serta bagaimana hal ini memengaruhi perilaku dan persepsi masyarakat terhadap tokoh-tokoh media sosial.
BACA JUGA INFORMASI ARTIKEL SELANJUTNYA DISINI: Artis Thailand dan Fenomena Cancel Culture: Dampaknya di Dunia Hiburan
Apa Itu Cancel Culture?
Cancel culture adalah praktik di mana individu atau kelompok secara kolektif menarik dukungan terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap melakukan perilaku tidak pantas, ofensif, atau tidak etis. Tindakan ini bisa berupa menghentikan dukungan terhadap seorang tokoh publik, berhenti mengikuti akun mereka di media sosial, atau bahkan melaporkan mereka ke platform sosial agar mendapatkan sanksi atau pemblokiran.
Pada TikTok, cancel culture sering kali terkait dengan video atau konten yang dianggap tidak sesuai dengan norma sosial atau etika. Ketika seorang TikToker mengunggah video yang kontroversial, apakah itu terkait dengan ujaran kebencian, rasisme, seksisme, atau bahkan tindakan yang dianggap tidak bertanggung jawab, masyarakat TikTok dapat bereaksi dengan mem-BERHENTIKAN mengikuti akun tersebut, memberi komentar negatif, atau bahkan meminta agar akun tersebut diblokir atau dihapus.
Bagaimana Cancel Culture Memengaruhi TikTokers?
TikTokers, seperti selebritas media sosial lainnya, sering kali mendapatkan popularitas berkat pengikut yang setia dan engagement tinggi. Namun, hal ini juga membuat mereka rentan terhadap efek negatif dari cancel culture ketika mereka melakukan kesalahan atau berbuat kontroversial. Berikut adalah beberapa dampak yang dialami TikTokers ketika mereka menjadi sasaran cancel culture:
-
Penurunan Jumlah Pengikut
Salah satu dampak langsung yang sering dialami TikTokers yang dibatalkan adalah penurunan jumlah pengikut. Pengikut yang merasa kecewa atau tersinggung oleh konten atau perilaku mereka akan memilih untuk tidak mengikuti akun mereka lagi. Hal ini dapat merusak citra dan popularitas TikToker tersebut secara signifikan. -
Dampak terhadap Karier dan Brand
Banyak TikTokers yang membangun karier mereka melalui endorsement produk, kolaborasi dengan merek, atau bekerja dengan agen iklan. Jika seorang TikToker terkena cancel culture, ini bisa berisiko terhadap hubungan mereka dengan merek atau sponsor. Merek yang tidak ingin diasosiasikan dengan kontroversi atau citra negatif cenderung menarik diri dari kerja sama dengan TikTokers yang terlibat dalam skandal. -
Kehilangan Kepercayaan Pengikut
Kepercayaan adalah aset berharga bagi TikTokers. Ketika mereka melakukan kesalahan besar atau video mereka dianggap menyinggung pihak tertentu, pengikut mereka mungkin kehilangan kepercayaan. Reaksi dari para pengikut ini bisa berujung pada pembatalan total dukungan terhadap influencer atau bahkan penyebaran kampanye untuk memboikot konten mereka. -
Stress Mental dan Dampak Psikologis
Efek dari cancel culture tidak hanya dirasakan di dunia maya, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental TikToker. Dihujani dengan komentar negatif, hinaan, dan kritik dapat menimbulkan stres yang berat. Bahkan beberapa TikTokers mengungkapkan rasa frustrasi dan ketidakmampuan untuk menghadapinya, yang dapat berakibat pada penurunan kesehatan mental mereka.
Kontroversi dan Kritik terhadap Cancel Culture di TikTok
Meskipun cancel culture sering dianggap sebagai sarana untuk menegakkan etika sosial dan menghukum perilaku yang tidak pantas, fenomena ini juga memunculkan banyak kritik. Beberapa kritikus berpendapat bahwa cancel culture sering kali berlebihan dan tidak memberikan ruang bagi pertumbuhan atau perubahan. Beberapa alasan utama kritik terhadap cancel culture adalah:
-
Kurangnya Ruang untuk Pertobatan
Banyak yang merasa bahwa cancel culture sering kali menjatuhkan hukuman tanpa memberikan kesempatan bagi individu yang bersangkutan untuk meminta maaf atau memperbaiki kesalahan mereka. Bagi sebagian orang, ini menciptakan budaya di mana kesalahan kecil atau miskomunikasi dapat menghancurkan karier seseorang tanpa ada kesempatan untuk perbaikan. -
Dampak Terhadap Kebebasan Berpendapat
Beberapa pihak melihat cancel culture sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat. Mereka berpendapat bahwa individu seharusnya diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat atau opini mereka, meskipun mungkin tidak populer, tanpa takut dihukum atau dibatalkan oleh masyarakat. -
Sering Tidak Proporsional
Dalam beberapa kasus, sanksi yang diberikan dalam cancel culture bisa jadi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kesalahan yang dilakukan. Misalnya, kesalahan kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan klarifikasi atau permintaan maaf malah berujung pada penghentian total karier seorang TikToker. Ini menunjukkan ketidakseimbangan antara kesalahan dan konsekuensinya.
Menghadapi Cancel Culture: Apakah Ada Jalan Keluar?
Bagi TikTokers yang terjebak dalam cancel culture, ada beberapa cara untuk merespons atau menghadapinya. Salah satu cara terbaik adalah dengan mengakui kesalahan secara terbuka jika memang ada yang salah, dan meminta maaf dengan tulus. Menunjukkan bahwa seseorang belajar dari kesalahannya dan berusaha memperbaiki perilaku atau sikap yang dianggap kontroversial bisa menjadi langkah positif.
Selain itu, TikTokers yang terkena cancel culture perlu memahami bahwa mereka tidak selalu bisa memuaskan semua orang. Dalam beberapa kasus, mereka harus mempertimbangkan apakah mereka bisa terus beraktivitas secara sehat di dunia maya atau lebih baik mundur sementara waktu untuk fokus pada diri sendiri.

Artis Thailand dan Fenomena Cancel Culture: Dampaknya di Dunia Hiburan
Cancel culture atau budaya batal adalah fenomena sosial yang semakin berkembang di seluruh dunia, tak terkecuali di Thailand. Dalam beberapa tahun terakhir, artis-artis Thailand telah menjadi sasaran kritikan publik yang intens, dengan banyak dari mereka mengalami konsekuensi signifikan akibat kontroversi yang terjadi di media sosial. Fenomena ini memengaruhi karier dan citra mereka, memunculkan perdebatan tentang rajazeus batas-batas kebebasan berekspresi, tanggung jawab publik, dan dampak media sosial terhadap kehidupan pribadi selebriti.
BACA JUGA BERITA LAINNYA DISINI: Tabu Dalam Kehidupan Masyarakat Ingin Jaya Aceh Besar
Apa Itu Cancel Culture?
Cancel culture mengacu pada tindakan menghindari atau menghentikan dukungan terhadap individu atau entitas tertentu karena perilaku atau pernyataan mereka yang dianggap tidak pantas atau menyinggung. Fenomena ini sering terjadi di media sosial, di mana kritik dan kecaman dapat tersebar dengan cepat, dan bisa berujung pada kehilangan pekerjaan, kontrak, atau dukungan dari penggemar. Di dunia hiburan, cancel culture bisa berujung pada akhir karier bagi artis yang dianggap telah melanggar norma sosial atau etika yang berlaku.
Fenomena Cancel Culture di Thailand
Di Thailand, fenomena cancel culture mulai marak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan generasi muda yang sangat aktif di media sosial. Salah satu contoh paling mencolok adalah insiden yang melibatkan artis Thailand yang membuat pernyataan kontroversial atau terlibat dalam perilaku yang dianggap tidak etis. Media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram menjadi platform utama di mana kritik dan kecaman terhadap artis bisa menyebar begitu cepat.
Kasus Cancel Culture yang Terkenal di Thailand
1. Pernyataan Kontroversial Artis
Salah satu contoh terkenal tentang cancel culture di Thailand melibatkan seorang artis yang membuat pernyataan yang dianggap tidak sensitif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial. Misalnya, beberapa artis pernah terlibat dalam pernyataan atau perilaku yang dianggap diskriminatif atau merendahkan kelompok tertentu, baik itu tentang gender, ras, atau status sosial. Ketika kontroversi ini terungkap, artis tersebut sering kali mendapatkan reaksi keras dari penggemar dan masyarakat luas yang kemudian memunculkan gerakan cancel.
2. Kontroversi Perilaku Pribadi
Selain pernyataan kontroversial, perilaku pribadi artis juga sering menjadi alasan utama terjadinya cancel culture. Kasus-kasus seperti dugaan kekerasan dalam rumah tangga, masalah narkoba, atau hubungan yang tidak sehat dengan penggemar sering kali menjadi sorotan media dan mengarah pada penghakiman publik. Sebagai contoh, seorang aktor terkenal yang terlibat dalam skandal narkoba atau kasus kekerasan domestik bisa dengan cepat kehilangan kontrak kerja, pekerjaan, dan penggemar, meskipun mereka telah lama dikenal sebagai artis terkenal.
3. Perilaku di Media Sosial
Media sosial memiliki pengaruh besar dalam dunia hiburan Thailand, dan artis yang tidak bijaksana dalam menggunakan platform ini sering kali berisiko mengalami cancel culture. Beberapa artis terlibat dalam perdebatan atau pernyataan yang kontroversial di akun pribadi mereka, yang kemudian menciptakan reaksi berantai. Penggunaan media sosial yang buruk, seperti menyebarkan kebencian, melakukan penghinaan, atau menyinggung kelompok tertentu, dapat berakibat fatal bagi karier seorang artis.
Dampak Cancel Culture pada Karier Artis Thailand
Cancel culture memiliki dampak yang signifikan pada karier artis di Thailand. Dalam dunia hiburan yang sangat bergantung pada citra publik dan dukungan penggemar, satu kesalahan besar bisa membuat artis kehilangan pekerjaan dan penggemar dalam waktu yang sangat singkat. Dampak dari cancel culture ini bisa sangat merusak bagi karier artis, yang sering kali harus menghadapi kehilangan sponsor, penghentian kontrak, atau bahkan dipecat dari produksi film atau acara televisi.
1. Kehilangan Kontrak dan Pekerjaan
Banyak artis yang terlibat dalam skandal atau kontroversi yang membuat mereka dibatalkan atau dihentikan dari berbagai proyek pekerjaan. Kontrak dengan perusahaan-perusahaan besar bisa dibatalkan, dan banyak acara televisi atau film yang menarik diri dari bekerja dengan artis yang telah mengalami cancel culture. Hal ini menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan bisa berakibat pada berkurangnya kesempatan untuk berkarier di masa depan.
2. Pengaruh Negatif pada Reputasi dan Citra
Salah satu dampak terbesar dari cancel culture adalah pengaruh negatifnya terhadap reputasi dan citra publik artis. Penggemar yang kecewa atau marah terhadap tindakan atau pernyataan seorang artis bisa beralih mendukung selebriti lain. Reputasi yang tercemar sering kali sulit untuk dipulihkan, bahkan setelah permintaan maaf atau klarifikasi dari artis tersebut. Dalam beberapa kasus, artis yang pernah terlibat dalam kontroversi yang besar bisa mengalami kesulitan untuk mendapatkan peran besar di dunia hiburan lagi.
3. Tekanan Psikologis dan Emosional
Selain dampak finansial dan profesional, cancel culture juga memberikan tekanan psikologis dan emosional pada artis. Kritik yang datang dari publik dan media sosial bisa sangat menghancurkan bagi mental seorang artis. Ketika terlibat dalam kontroversi besar, artis sering kali harus menghadapi hujatan, kecaman, dan serangan pribadi yang bisa merusak kesehatan mental mereka. Hal ini bisa membuat artis merasa terisolasi dan tertekan.
Perdebatan Tentang Cancel Culture di Thailand
Fenomena cancel culture di Thailand memunculkan banyak perdebatan. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa cancel culture adalah bentuk dari tanggung jawab sosial. Mereka percaya bahwa publik berhak menuntut artis untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai sosial dan etika yang berlaku. Jika seorang artis melakukan kesalahan yang jelas, mereka harus menghadapi konsekuensinya sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Namun, di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa cancel culture dapat berlebihan dan tidak adil. Beberapa orang merasa bahwa artis-artis yang terlibat dalam kontroversi sering kali mendapatkan hukuman yang tidak proporsional terhadap kesalahan yang mereka buat. Ada yang berpendapat bahwa daripada langsung membatalkan seorang artis, lebih baik memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan dan belajar dari kesalahan mereka.
Menyikapi Cancel Culture: Apakah Ada Jalan Tengah?
Dalam menghadapi fenomena cancel culture, penting bagi artis untuk bersikap bijak dan berhati-hati, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional mereka. Selain itu, publik dan penggemar juga perlu mempertimbangkan konteks dan dampak dari kritik yang diberikan. Salah satu jalan tengah yang mungkin adalah dengan memberikan kesempatan bagi artis untuk meminta maaf dan menunjukkan pertumbuhan pribadi. Sementara itu, penting juga untuk memahami bahwa setiap orang, termasuk artis, dapat membuat kesalahan, dan penting untuk memberi ruang bagi perbaikan dan pembelajaran.

Tabu Dalam Kehidupan Masyarakat Ingin Jaya Aceh Besar
Abstrak
Tabu merupakan suatu hal yang terlarang untuk dilakukan yang masih diyakini dan dipraktikkan dalam masyarakat meskipun masyarakat sudah hidup di dunia modern dan menghadapi globalisasi. Kepercayaan terhadap tabu sudah ada sejak lama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tabu-tabu dalam kehidupan bermasyarakat di Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Sumber data utama diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kepustakaan juga dilakukan untuk mendukung data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Ingin Jaya masih mempercayai berbagai jenis tabu. Ada tabu yang melibatkan benda keras dan tajam seperti larangan membeli paku, jarum, benda keras/logam, dan garam di malam hari, larangan duduk di bawah tangga atau di depan pintu, dan larangan tidur di bawah langit terbuka atau tanpa atap. Kepercayaan terhadap tabu terjadi karena dua faktor. Faktor internal meliputi keluarga, …
Makalah terkait
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya tabu dalam masyarakat Banyumas. Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode ini tidak menggunakan hitungan numerik atau matematis dan statistik dalam penafsiran data. Sumber data berasal dari wawancara dan telaah pustaka tentang budaya tabu di Banyumas dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam jenis budaya tabu di Banyumas berdasarkan klasifikasi Wardhaugh, yaitu seks, kematian, ekskresi, fungsi tubuh, masalah agama dan politik. Masalah agama merupakan tabu yang paling banyak muncul dalam budaya Banyumas. Masyarakat percaya bahwa budaya tabu tersebut dilarang untuk dilakukan karena mereka yang melanggar tabu tersebut akan mendapatkan sanksi dan hukuman yang tidak terduga.
Dalam kolom opini “Aceh Paska Konflik dalam Demokrasi Abu-Abu” (aceHTrend.co, 25/12/2015) penulis menggambarkan bahwa rezim politik Aceh dapat dikatakan menganut sistem non-otoritarian non-demokrasi, lalu bagaimana hubungannya dengan masyarakat sipil? Di manakah slot77 posisi masyarakat sipil dalam demokrasi “abu-abu” di Aceh? Dan sejauh mana perubahan masyarakat sipil dalam masa pembangunan perdamaian paska konflik di Aceh?
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek tabu di kalangan masyarakat Gorontalo baik dalam bentuk ujaran/kata maupun tindakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi masyarakat, khususnya masyarakat pendatang di Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengambilan sampel disesuaikan secara khusus dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Berdasarkan motivasi psikologis, tabu muncul dalam tiga kondisi, yaitu tabu rasa takut, tabu kehalusan, dan tabu kepatutan.
Baca Juga : 8 Hal yang Masih Sering Dianggap Tabu di Indonesia
Bahan baku pembuatan kompos, mikroorganisme lokal (MOL), dan biochar banyak tersedia di Kecamatan Ingin Jaya. Selama ini, sampah kota, sampah pertanian, dan sampah rumah tangga belum dikelola dengan baik, dianggap sebagai produk yang tidak bernilai jual, serta menimbulkan masalah lingkungan dan estetika. Sampah-sampah tersebut dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti kompos, MOL, dan biochar. Namun, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat masih sangat terbatas untuk mengolah bahan-bahan tersebut menjadi produk bernilai ekonomis. Oleh karena itu, kegiatan PKMBP dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif yang diikuti dengan sekolah lapang. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kelompok mitra yang terdiri dari anggota kelompok tani, PPL, PPL swadaya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi pembuatan kompos, serta pembuatan MOL dan Biochar. Hasil yang dicapai adalah kegiatan PKMBP dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menguasai konsep.a

8 Hal yang Masih Sering Dianggap Tabu di Indonesia
Pernah enggak ada tindakan dan perkataan kita yang diralat orang lain dengan alasan apa yang kita katakan dan perbuat itu tabu?
Tabu adalah larangan sosial karena dianggap enggak sopan atau enggak sebaiknya dilakukan.
Di Indonesia sendiri, masih banyak banget hal-hal tabu yang sama sekali raja olympus enggak boleh kita lakukan dan katakan, lho.
Salah satunya adalah 8 hal ini yang paling sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari!
Menggunakan tangan kiri
Masih sering enggak berucap “maaf pakai tangan kiri” ketika menerima atau memberi sesuatu ke orang lain?
Pada dasarnya, tangan kanan dan kiri itu sama-sama sopan kok, bahkan ada aja kan orang yang beraktivitas dengan tangan kiri alias kidal?
Namun, penyebab tangan kiri menjadi tabu adalah karena tangan kiri dianggap sebagai tangan yang kotor, tangan yang digunakan untuk membersihkan anus ketika selesai BAB.
Arti kata kiri dalam bahasa inggris (left) juga enggak baik, yaitu lemah atau tak berguna, lho!
Membeli pembalut
Kamu sampai sekarang masih merasa malu kalau harus beli pembalut?
Banyak orang Indonesia yang percaya kalau membeli pembalut harus sembunyi-sembunyi dan enggak boleh ketahuan sama cowok manapun.
Saking tabunya, biasanya kita bisa memberi kode ke penjual untuk memberikan kita pembalut, lho!
Memanggil orang yang lebih tua dengan nama
Ketika kita mencoba memanggil orang yang lebih tua dari kita dengan namanya, kita pasti dianggap enggak sopan.
Makanya, kebiasaan ini dianggap tabu di Indonesia, lho!
Enggak heran biasanya kita menggunakan istilah ‘bapak’, ‘ibu’, ‘mas’, atau ‘mbak’ ketika memanggil seseorang yang lebih tua daripada kita.
Namun, penggunaan istilah ini nyatanya juga berguna untuk orang yang melayani kita, sehingga terdengar lebih sopan.
Public display affection
Hayo ngaku, siapa yang pernah malah mencibir ketika melihat orang yang pacaran peluk-pelukan mesra di tempat umum?
Indonesia sendiri mengadopsi budaya timur jauh lebih dalam daripada budaya barat. Ketika ada orang yang memperlihatkan rasa sayangnya berbentuk sentuhan fisik pada pacarnya, kita pasti bakalan risih melihatnya!
Enggak jarang ada orang yang menegur gaya pacaran yang terlalu ‘mesra’ tersebut karena dianggap tabu, termasuk menegur orang yang sudah menikah sekalipun!
Menyentuh kepala orang lain
Apapun status hubungannya, baik keluarga, teman, pacar, hingga orang asing, menyentuh kepala orang lain dianggap tabu dan sama sekali enggak boleh dilakukan! Apalagi kalau kita menyentuh kepala orang yang lebih tua!
Enggak heran, di Indonesia sendiri, kepala jadi simbol suci dari tubuh manusia.
Menyentuhnya aja dianggap sebagai perlakuan enggak sopan dan enggak ada etika!
Kentut atau sendawa di depan orang lain
Sering nahan kentut atau sendawa di depan orang lain karena merasa enggak sopan? Kamu salah satu orang yang menganggap kentut atau sendawa itu tabu, lho!
Kentut dan sendawa sebenarnya adalah kebutuhan alami manusia yang wajar. Namun, kalau kita merasa malu melakukannya di depan umum, kita termasuk orang yang menganggap hal tersebut tabu.
Itu kenapa biasanya kita hanya kentut dan sendawa di tempat privat!
Baca Juga : Pertimbangan Yang Membuat Cancel Culture Tepat Atau Tidaknya Dalam Masyarakat
Menunjuk dengan jari telunjuk
Sekadar menunjuk dengan jari telunjuk, kita bisa dianggap enggak sopan!
Makanya kebanyak orang akhirnya menunjuk dengan jari jempol, karena dianggap lebih sopan.
Seks
Sudah bukan rahasia lagi kalau seks adalah hal yang sangat tabu di Indonesia, bahkan enggak boleh diomongin sama sekali.
Ngomongin soal seks berarti ngomongin tentang privasi orang lain, yang artinya kita sudah melewati batas kesopanan!
Walaupun tabu, tapi ngomongin seks untuk pengetahuan itu sangat penting, terutama dalam keluarga dan lingkup pendidikan, supaya kita tahu bahayanya terjerumus seks bebas!

Pertimbangan Yang Membuat Cancel Culture Tepat Atau Tidaknya Dalam Masyarakat
Belakangan, istilah cancel culture jadi kondang di media sosial. Menurut Verywell Mind, cancel culture merupakan praktek menarik simpati penduduk untuk memboikot seseorang maupun grup spesifik yang pernah lakukan kesalahan di era sekarang atau era lalu.
Dampak Cancel Culture
Dampak cancel culture dinilai efisien di dalam memerangi seksisme, rasisme, beraneka model pelecehan, maupun perbuatan merugikan yang beresiko orang lain. Hal ini disampaikan Lisa Nakamura, profesor berasal dari University of Michigan, Amerika Serikat.
1. Mereka yang Menggalakkan Cancel Culture
Ketika melancarkan cancel culture terhadap seseorang maupun grup tertentu, tanpa disadari, hal ini bisa menumbuhkan ego pribadi.
Bukan tidak mungkin, Anda terpancing emosi sehingga mulai paling benar dan nir-kesalahan. Akibatnya, Anda lebih enteng menghakimi orang lain, tetapi kesulitan mengevaluasi diri sendiri.
Terlebih saat cancel culture jadi ajang caci maki dan penyebaran kebencian kepada orang yang tidak Anda senangi. Fitur ini memungkinkan pemain untuk mencoba permainan raja zeus secara gratis dengan taruhan minimal, tetapi tetap memberikan peluang besar untuk menang (maxwin).
“Dampaknya bisa menyebabkan (orang yang menggalakkan cancel culture) jadi berani lakukan suatu hal yang sebenarnya tidak pas ditunaikan (bullying),” sadar Ikhsan.
2. Mereka yang Di-cancel
Ketika praktek cancel culture beralih jadi ajang perundungan, keadaan ini bisa memengaruhi kesegaran mental orang yang “di-cancel”. Mereka yang bisa mulai terisolasi secara sosial, dikucilkan, dan kesepian.
“Mereka terhitung bisa mulai dirinya tidak berharga sehingga mengalami depresi,” kata Ikhsan. Terlebih, mereka tidak diberikan kesempatan maupun ruang dialog fungsi sadar dan memperbaiki kesalahan mereka.
Kendati demikian, terkecuali Anda keliru satu berasal dari orang yang di-cancel, stigma negatif yang disematkan banyak orang bisa dijadikan bahan evaluasi.
Anda perlu sadar kesalahan tersebut, memperbaikinya, dan menegaskan sehingga hal serupa tidak terjadi di lantas hari.
3. Masyarakat yang Menyaksikan
Cancel culture tidak hanya memengaruhi keadaan psikologis mereka yang melancarkan praktek tersebut, maupun orang yang di-cancel. Pemboikotan itu terhitung bisa memengaruhi kesegaran mental penduduk yang menyaksikan.
Baca Juga : Efek Negatif Cancel Culture bagi Kesehatan Mental
Bagi penonton, praktek cancel culture bisa menumbuhkan rasa takut. Pasalnya, pemboikotan yang ditunaikan banyak orang bisa menimbulkan kecemasan seakan orang lain akan membongkar tindakan keliru mereka di era lalu.
Akibatnya, alih-alih turut menolong dan menyuarakan ketidakadilan yang disaksikan, banyak orang memilih diam. Tidak berhenti hingga di situ, usai huru-hara cancel culture selanjutnya berakhir, beberapa orang bisa dihinggapi rasa bersalah. Penyebabnya, sebab saat tersedia kesempatan, mereka mulai tidak membela seseorang yang tertindas.